Saturday 8 March 2014

Kajian Tentang Tauhid Uluhiyyah

Kajian Tentang Tauhid Uluhiyyah. Termasuk di antara keyakinan Ahli Sunnah, mereka menunggalkan Allah Subhanahu Wa Ta'ala dalam ubudiyyah (penyembahan). Mereka tidak menyembah sembahan yang lain bersama Allah, bahkan mereka mengarahkan semua ketaatan yang Allah perintahkan baik perintah wajib maupun yang sunnah hanya kepada Allah semata, tidak ada sekutu bagi-Nya. Maka mereka tidak bersujud kecuali kepada Allah, tidak berthawaf kecuali untuk Allah di rumah yang tua (Ka’bah), tidak menyembelih kecuali untuk Allah, tidak bernadzar kecuali untuk Alah, tidak bersumpah kecuali dengan menggunakan nama Allah, tidak bertawakal kecuali hanya kepada Allah dan tidak berdo’a kecuali kepada Allah. Inilah yang dikenal dengan Tauhid Uluhiyyah.

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman :

وَاعْبُدُواْ اللّهَ وَلاَ تُشْرِكُواْ بِهِ شَيْئاً

“Sembahlah Allah dan janganlah kalian mempersekutukanNya dengan sesuatupun”. (QS. An-Nisa` : 36)

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman :

وَقَضَى رَبُّكَ أَلاَّ تَعْبُدُواْ إِلاَّ إِيَّاهُ

“Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kalian jangan menyembah selain Dia”. (QS. Al-Isra` : 23)

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman :

وَمَا أُمِرُواْ إِلاَّ لِيَعْبُدُواْ إِلَـهاً وَاحِداً

“Padahal mereka hanya disuruh menyembah Tuhan Yang Maha Esa”. (QS. At-Taubah : 31)
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman :

وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ حُنَفَاء وَيُقِيمُوا الصَّلَاةَ وَيُؤْتُوا الزَّكَاةَ وَذَلِكَ دِينُ الْقَيِّمَةِ

“Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya meyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam menjalankan agama dengan lurus dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat dan yang demikian itulah agama yang lurus”. (QS. Al-Bayyinah : 5)
Allah berfirman :

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ

“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembahKu”. (QS. Adz-Dzariyat : 56)

Makna “menyembah kepadaKu” yaitu mentauhidkan Aku.

Lawan Dari Tauhid Adalah Kesyirikan Kepada Allah

Lawannya (tauhid) adalah kesyirikan kepada Allah –semoga Allah menjauhkan kita darinya-, dan dia adalah dosa yang terbesar yang Allah dimaksiati dengannya. Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman :

إِنَّ اللّهَ لاَ يَغْفِرُ أَن يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَلِكَ لِمَن يَشَاءُ وَمَن يُشْرِكْ بِاللّهِ فَقَدِ افْتَرَى إِثْماً عَظِيماً
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik dan Dia mengampuni dosa yang selain dari syirik itu, bagi siapa yang dikehendakiNya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar”. (QS. An-Nisa` : 48)

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman :

إِنَّ اللّهَ لاَ يَغْفِرُ أَن يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَلِكَ لِمَن يَشَاءُ وَمَن يُشْرِكْ بِاللّهِ فَقَدْ ضَلَّ ضَلاَلاً بَعِيداً

“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik dan Dia mengampuni dosa yang selain dari syirik itu, bagi siapa yang dikehendakiNya. Barangsiapa yang mempersekutukan sesuatu dengan Allah, maka sesungguhnya ia telah tersesat sejauh-jauhnya”. (QS. An-Nisa` : 116)

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman :

حُنَفَاء لِلَّهِ غَيْرَ مُشْرِكِينَ بِهِ وَمَن يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَكَأَنَّمَا خَرَّ مِنَ السَّمَاء فَتَخْطَفُهُ الطَّيْرُ أَوْ تَهْوِي بِهِ الرِّيحُ فِي مَكَانٍ سَحِيقٍ

“Dengan ikhlas kepada Allah, tidak mempersekutukan sesuatu dengan Dia. Barangsiapa mempersekutukan sesuatu dengan Allah, maka adalah ia seolah-olah jatuh dari langait lalu disambar oleh burung atau diterbangkan angin ke tempat yang jauh”. (QS. Al-Hajj : 31)

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman :

وَإِذْ قَالَ لُقْمَانُ لِابْنِهِ وَهُوَ يَعِظُهُ يَا بُنَيَّ لَا تُشْرِكْ بِاللَّهِ إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ

“Dan ingatlah ketika Luqman berkata kepada anaknya, diwaktu ia memberi pelajaran padanya : “Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan Allah adalah benar-benar kedzaliman yang besar”. (QS. Luqman : 13)

Allah -Ta’ala- menjelaskan bahwa kesyirikan itu bisa menghapuskan seluruh amalan dan mengeluarkan (pelakunya) dari agama. Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman :

وَلَوْ أَشْرَكُواْ لَحَبِطَ عَنْهُم مَّا كَانُواْ يَعْمَلُونَ

“Seandainya mereka mempersekutukan Allah, niscaya lenyaplah dari mereka amalan yang telah mereka kerjakan”. (QS. Al-An’am : 88)

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman :

وَلَقَدْ أُوحِيَ إِلَيْكَ وَإِلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكَ لَئِنْ أَشْرَكْتَ لَيَحْبَطَنَّ عَمَلُكَ وَلَتَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ
“Dan sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu dan kepada Nabi-Nabi yang sebelummu : “Jika kamu mempersekutukan Allah, niscaya akan hapuslah amalmu dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi”. (QS. Az-Zumar : 65)

Di dalam Shohih Muslim dari Jabir bin ‘Abdillah -radhiallahu ‘anhu-, sesungguhnya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :

مَنْ لَقِيَ اللهَ لاَ يُشْرِكُ بِهِ شَيْئًا دَخَلَ الْجَنَّةَ، وَمَنْ لَقِيَهُ يُشْرِكُ بِهِ شَيْئًا دَخَلَ النَّارَ

“Barangsiapa yang berjumpa dengan Allah dalam keadaan tidak berbuat kesyirikan bersama-Nya sedikitpun, maka ia akan masuk surga. Barangsiapa yang menjumpaiNya dalam keadaan berbuat kesyirikan bersama-Nya dengan sesuatu apapun, maka ia akan masuk ke dalam neraka”.

Di dalam Shohih Al-Bukhary dari Ibnu Mas’ud -radhiallahu ‘anhu- berkata: sesungguhnya Rasulullah -Shallallahu ‘alaihi wasallam- bersabda :

مَنْ مَاتَ وَهُوَ يَدْعُو مِنْ دُوْنِ اللهِ نِدًّا دَخَلَ الْجَنَّةَ

“Barangsiapa yang mati dalam keadaan dia menyeru/beribadah kepada tandingan selain Allah maka akan masuk ke dalam Neraka”.

Siapakah Orang Musyrik Itu?

Maka barangsiapa yang memalingkan satu bentuk di antara bentuk-bentuk ibadah kepada selain Allah, maka dia adalah orang yang musyrik lagi kafir.

Do’a tidak (Boleh) Diberikan Kecuali Hanya Kepada Allah

Do’a merupakan ibadah yang Allah perintahkan. Barangsiapa yang berdo’a hanya kepada Allah semata maka dia adalah muwahhid (orang yang bertauhid), dan barangsiapa yang berdo’a kepada selain Allah maka sungguh dia telah berbuat kesyirikan.

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman :

وَلاَ تَدْعُ مِن دُونِ اللّهِ مَا لاَ يَنفَعُكَ وَلاَ يَضُرُّكَ فَإِن فَعَلْتَ فَإِنَّكَ إِذاً مِّنَ الظَّالِمِينَ

“Dan janganlah kamu menyembah apa-apa yang tidak memberi manfaat dan tidak (pula) memberi mudharat kepadamu selain Allah, sebab jika kamu berbuat (yang demikian) itu, maka sesungguhnya kamu kalau begitu termasuk orang-orang yang dzalim”. (QS. Yunus : 106)

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman :

وَمَن يَدْعُ مَعَ اللَّهِ إِلَهاً آخَرَ لَا بُرْهَانَ لَهُ بِهِ فَإِنَّمَا حِسَابُهُ عِندَ رَبِّهِ إِنَّهُ لَا يُفْلِحُ الْكَافِرُونَ

“Dan barangsiapa menyembah sembahan yang lain disamping Allah, padahal tidak ada suatu dalilpun baginya tentang itu, maka sesungguhnya perhitungannya di sisi Tuhannya. Sesungguhnya orang-orang yang kafir itu tiada beruntung”. (QS. Al-Mu`minun : 117)

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman :

وَأَنَّ الْمَسَاجِدَ لِلَّهِ فَلَا تَدْعُوا مَعَ اللَّهِ أَحَداً. وَأَنَّهُ لَمَّا قَامَ عَبْدُ اللَّهِ يَدْعُوهُ كَادُوا يَكُونُونَ عَلَيْهِ لِبَدا. قُلْ إِنَّمَا أَدْعُو رَبِّي وَلَا أُشْرِكُ بِهِ أَحَداً

“Dan sesungguhnya mesjid-mesjid itu adalah kepunyaan Allah. Maka janganlah kalian menyembah seseorangpun di dalamnya di samping (menyembah) Allah. Dan bahwasanya tatkala hamba Allah (Muhammad) berdiri menyembahNya (mengerjakan ibadah) hampir saja jin-jin itu desak-mendesak mengerumuninya. Katakanlah sesungguhnya aku hanya menyembah Tuhanku dan aku tidak mempersekutukan sesuatupun denganNya”. (QS. Al-Jin : 18-20)

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman :

لَهُ دَعْوَةُ الْحَقِّ وَالَّذِينَ يَدْعُونَ مِن دُونِهِ لاَ يَسْتَجِيبُونَ لَهُم بِشَيْءٍ إِلاَّ كَبَاسِطِ كَفَّيْهِ إِلَى الْمَاء لِيَبْلُغَ فَاهُ وَمَا هُوَ بِبَالِغِهِ وَمَا دُعَاء الْكَافِرِينَ إِلاَّ فِي ضَلاَلٍ

 “Hanya bagi Allahlah (hak mengabulkan) doa yang benar. Dan berhala-berhala yang mereka sembah selain Allah tidak dapat memperkenankan sesuatupun bagi mereka, melainkan seperti orang yang membukakan kedua telapak tangannya ke dalam air supaya sampai air ke mulutnya, padahal air itu tidak dapat sampai ke mulutnya. Dan doa (ibadah) orang-orang kafir itu, hanyalah sia-sia belaka”. (QS. Ar-R’ad : 14)

Allah Subhanahu Wa Ta'alaberfirman :

وَالَّذِينَ يَدْعُونَ مِن دُونِ اللّهِ لاَ يَخْلُقُونَ شَيْئاً وَهُمْ يُخْلَقُونَ. أَمْواتٌ غَيْرُ أَحْيَاء وَمَا يَشْعُرُونَ أَيَّانَ يُبْعَثُونَ

“Dan berhala-berhala yang mereka seru selain Allah, tidak dapat membuat sesuatu apapun, sedang berhala-berhala itu (sendiri) dibuat orang. (Berhala-berhala itu) benda mati tidak hidup, dan berhala-berhala itu tidak mengetahui bilakah penyembah-penyembahnya dibangkitkan”. (QS. An-Nahl : 20-21)

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman :

فَلَا تَدْعُ مَعَ اللَّهِ إِلَهاً آخَرَ فَتَكُونَ مِنَ الْمُعَذَّبِينَ

“Maka janganlah kalian menyeru (menyembah) sembahan yang lain di samping Allah yang menyebabkan kalian termasuk orang-orang yang di adzab”. (QS. Asy-Syu’ara` : 213)

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman :

يُولِجُ اللَّيْلَ فِي النَّهَارِ وَيُولِجُ النَّهَارَ فِي اللَّيْلِ وَسَخَّرَ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ كُلٌّ يَجْرِي لِأَجَلٍ مُّسَمًّى ذَلِكُمُ اللَّهُ رَبُّكُمْ لَهُ الْمُلْكُ وَالَّذِينَ تَدْعُونَ مِن دُونِهِ مَا يَمْلِكُونَ مِن قِطْمِير. إِن تَدْعُوهُمْ لَا يَسْمَعُوا دُعَاءكُمْ وَلَوْ سَمِعُوا مَا اسْتَجَابُوا لَكُمْ وَيَوْمَ الْقِيَامَةِ يَكْفُرُونَ بِشِرْكِكُمْ وَلَا يُنَبِّئُكَ مِثْلُ خَبِيرٍ

“Dia memasukkan malam ke dalam siang dan memasukkan siang ke dalam malam dan menundukkan bulan dan matahari, masing-masing berjalan menurut waktu yang ditentukan. Yang (berbuat) demikian itulah Allah Tuhanmu, kepunyaanNyalah kerajaan. Dan orang-orang yang kalian seru (sembah) selain Allah tiada mempunyai apa-apa walaupun setipis kulit ari. Jika kalian menyeru mereka, mereka tiada mendengar seruanmu ; dan kalau mereka mendengar, mereka tidak dapat memperkenankan permintaanmu. Dan di hari kiamat mereka akan mengingkari kemusyrikanmu dan tidak ada yang dapat memberikan keterangan kepadamu sebagai yang diberikan oleh yang Maha Mengetahui”. (QS. Fathir : 13-14)

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman :

وَلَئِن سَأَلْتَهُم مَّنْ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ لَيَقُولُنَّ اللَّهُ قُلْ أَفَرَأَيْتُم مَّا تَدْعُونَ مِن دُونِ اللَّهِ إِنْ أَرَادَنِيَ اللَّهُ بِضُرٍّ هَلْ هُنَّ كَاشِفَاتُ ضُرِّهِ أَوْ أَرَادَنِي بِرَحْمَةٍ هَلْ هُنَّ مُمْسِكَاتُ رَحْمَتِهِ قُلْ حَسْبِيَ اللَّهُ عَلَيْهِ يَتَوَكَّلُ الْمُتَوَكِّلُونَ

“Dan sungguh jika kamu bertanya kepada mereka “Siapakah yang menciptakan langit dan bumi”?, niscaya mereka menjawab : “Allah”. Katakanlah : “Maka terangkanlah kepadaku tentang apa yang kalian seru selain Allah, jika Allah hendak mendatangkan kemudharatan kepadaku, apakah berhala-berhalamu itu dapat menghilangkan kemudharatan itu, atau jika Allah hendak memberi rahmat kepadaku, apakah mereka dapat menahan rahmatNya?, katakanlah : “Cukuplah Allah bagiku”. kepadaNyalah bertawakkal orang-orang yang berserah diri”. (QS. Az-Zumar : 38)

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman :

قُلْ أَرَأَيْتُم مَّا تَدْعُونَ مِن دُونِ اللَّهِ أَرُونِي مَاذَا خَلَقُوا مِنَ الْأَرْضِ أَمْ لَهُمْ شِرْكٌ فِي السَّمَاوَاتِ اِئْتُونِي بِكِتَابٍ مِّن قَبْلِ هَذَا أَوْ أَثَارَةٍ مِّنْ عِلْمٍ إِن كُنتُمْ صَادِقِينَ. وَمَنْ أَضَلُّ مِمَّن يَدْعُو مِن دُونِ اللَّهِ مَن لَّا يَسْتَجِيبُ لَهُ إِلَى يَومِ الْقِيَامَةِ وَهُمْ عَن دُعَائِهِمْ غَافِلُونَ. وَإِذَا حُشِرَ النَّاسُ كَانُوا لَهُمْ أَعْدَاء وَكَانُوا بِعِبَادَتِهِمْ كَافِرِينَ

“Katakanlah terangkanlah kepadaku tentang apa yang kalian sembah selain Allah, perlihatkan kepadaku apakah yang telah mereka ciptakan dari bumi ini atau adakah mereka berserikat (dengan Allah) dalam penciptaan langit? Bawalah kepadaku kitab yang sebelum (Al-Quran) ini atau peninggalan dari pengetahuan (orang orang dahulu) jika kalian adalah orang-orang yang benar”. Dan siapakah yang lebih sesat daripada orang yang menyembah sembahan-sembahan selain Allah yang tiada dapat memperkenankan (do`a) nya sampai hari kiamat dan mereka lalai dari (memperhatikan) do`a mereka? Dan apabila manusia dikumpulkan (pada hari kiamat) niscaya sembahan-sembahan itu menjadi musuh mereka dan mengingkari pemujaan-pemujaan mereka.” (QS. Al-Ahqaf : 4-6)

Telah tsabit (shohih) dalam As-Sunan dari An-Nu’man bin Basyir -radhiallahu ‘anhu- beliau berkata: Rasulullah -Shallallahu ‘alaihi wasallam- bersabda :

اَلدُّعَاءُ هُوَ الْعِبَادَةُ

“Do’a adalah ibadah”.

Permusuhan Antara Para Rasul dan Kaumnya Terjadi Karena Tauhid Ini

Tauhid ini -tauhid Uluhiyah-, karenanyalah terjadi permusuhan antara para Rasul dengan ummatnya

Para Rasul Diutus Karena Tauhid Ini

Tauhid inilah yang para Rasul diutus guna menjelaskannya dan berdakwah kepadanya. Kitab-kitab diturunkan untuk menegaskannya, menjelaskannya dan membelanya sebagaimana firman Allah Subhanahu Wa Ta'ala :

وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَّسُولاً أَنِ اعْبُدُواْ اللّهَ وَاجْتَنِبُواْ الطَّاغُوتَ

“Dan sesungguhnya kami telah mengutus Rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan) : “Sembahlah Allah saja, dan jauhilah Thaghut itu”. (QS. An-Nahl : 36)

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman :

وَمَا أَرْسَلْنَا مِن قَبْلِكَ مِن رَّسُولٍ إِلَّا نُوحِي إِلَيْهِ أَنَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنَا فَاعْبُدُونِ

“Dan kami tidak mengutus seorang Rasulpun sebelum kamu, melainkan kami wahyukan kepadanya : bahwasanya tidak ada sembahan (yang hak) melainkan Aku  maka sembahlah olehmu selain aku”. (QS. Al-Anbiya` : 25)

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman :

ِيُنَزِّلُ الْمَلآئِكَةَ بِالْرُّوحِ مِنْ أَمْرِهِ عَلَى مَن يَشَاءُ مِنْ عِبَادِهِ أَنْ أَنذِرُواْ أَنَّهُ لاَ إِلَـهَ إِلاَّ أَنَاْ فَاتَّقُونِ

“Dia menurunkan para malaikat dengan (membawa) wahyu dengan perintah-Nya kepada siapa yang Dia kehendaki di antara hamba-hamba-Nya, yaitu: “Peringatkanlah olehmu sekalian, bahwasanya tidak ada sembahan (yang hak) melainkan Aku, maka hendaklah kalian bertakwa kepada-Ku”. (QS. An-Nahl : 2)
Para Rasul memulai dalam mengajak kaumnya kepada Allah dengan tauhid ini. Maka setiap Rasul berkata kepada kaumnya :

اُعْبُدُواْ اللَّهَ مَا لَكُم مِّنْ إِلَـهٍ غَيْرُهُ

“Sembahlah Allah, sekali-kali tak ada sembahan bagimu selain-Nya”. (QS. Al-A’raf : 59)
Hal ini diucapkan oleh Nuh, Hud, Sholih, Syu’aib dan setiap Rasul -sholawat Allah dan salamnya atas mereka seluruhnya-.

Allah -Ta’ala- berfirman :

وَإِبْرَاهِيمَ إِذْ قَالَ لِقَوْمِهِ اعْبُدُوا اللَّهَ وَاتَّقُوهُ ذَلِكُمْ خَيْرٌ لَّكُمْ إِن كُنتُمْ تَعْلَمُونَ. إِنَّمَا تَعْبُدُونَ مِن دُونِ اللَّهِ أَوْثَاناً وَتَخْلُقُونَ إِفْكاً إِنَّ الَّذِينَ تَعْبُدُونَ مِن دُونِ اللَّهِ لَا يَمْلِكُونَ لَكُمْ رِزْقاً فَابْتَغُوا عِندَ اللَّهِ الرِّزْقَ وَاعْبُدُوهُ وَاشْكُرُوا لَهُ إِلَيْهِ تُرْجَعُونَ

“Dan (ingatlah) Ibrahim, ketika ia berkata pada kaumnya : Sembahlah olehmu Allah dan bertakwalah kepadaNya. Yang demikian itu adalah lebih baik bagimu jika kalian mengetahui. Sesungguhnya apa yang kalian sembah selain Allah itu adalah berhala, dan kalian membuat dusta. Sesungguhnya yang kalian sembah selain Allah itu tidak mampu memberikan rezki kepadamu; maka mintalah rezki itu di sisi Allah, dan sembahlah Dia dan bersyukurlah kepadaNya. Hanya kepadaNyalah kalian akan dikembalikan”. (QS. Al-‘Ankabut : 16-17)

Allah -Ta’ala- berfirman tentang Nabi-Nya, Yusuf -’alaihis salam- (bahwa beliau berkata) :

يَا صَاحِبَيِ السِّجْنِ أَأَرْبَابٌ مُّتَفَرِّقُونَ خَيْرٌ أَمِ اللّهُ الْوَاحِدُ الْقَهَّارُ. مَا تَعْبُدُونَ مِن دُونِهِ إِلاَّ أَسْمَاءً سَمَّيْتُمُوهَا أَنتُمْ وَآبَآؤُكُم مَّا أَنزَلَ اللّهُ بِهَا مِن سُلْطَانٍ إِنِ الْحُكْمُ إِلاَّ لِلّهِ أَمَرَ أَلاَّ تَعْبُدُواْ إِلاَّ إِيَّاهُ ذَلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ وَلَـكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لاَ يَعْلَمُونَ

“Hai kedua penghuni penjara manakah yang baik, Tuhan-Tuhan yang bermacam-macam itu ataukah Allah yang Maha Esa lagi Maha Perkasa?. Kalian tidak menyembah yang selain Allah kecuali hanya (menyembah) nama-nama yang kalian dan nenek moyangmu membuat-buatnya. Allah tidak menurunkan suatu keteranganpun tentang nama-nama itu. Keputusan itu hanyalah kepunyaan Allah. Dia telah memerintahkan agar kalian tidak menyembah selain Dia. Itulah agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui”. (QS. Yusuf : 39-40)

Orang-Orang Musyrik tidak Mempunyai Sedikitpun Argumen dalam Kesyirikan Mereka

Orang-orang musyrik tidak mempunyai sedikitpun argumen dalam kesyirikan mereka, baik dari sisi akal sehat, maupun dalil naqli dari para Rasul.

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman :

وَاسْأَلْ مَنْ أَرْسَلْنَا مِن قَبْلِكَ مِن رُّسُلِنَا أَجَعَلْنَا مِن دُونِ الرَّحْمَنِ آلِهَةً يُعْبَدُونَ

“Dan tanyakanlah kepada Rasul-Rasul kami yang telah kami utus sebelum kamu “adakah kami menentukan sembahan-sembahan untuk disembah selain Allah Yang Maha Pemurah?”. (QS. Az-Zukhruf : 45)

Maknanya: Sesungguhnya tidaklah didapati seorangpun dari para Rasul yang mengajak untuk menyembah sesembahan (lain) bersama Allah, bahkan seluruhnya -dari (Rasul) yang pertama sampai yang terakhir- mengajak untuk menyembah Allah semata, tidak ada sekutu bagiNya.

Allah Subhanahu Wa Ta'ala mengingatkan dalil aqli yang membatalkan kesyirikan orang-orang musyrik. Allah -Ta’ala- berfirman :

قُلْ أَرَأَيْتُم مَّا تَدْعُونَ مِن دُونِ اللَّهِ أَرُونِي مَاذَا خَلَقُوا مِنَ الْأَرْضِ أَمْ لَهُمْ شِرْكٌ فِي السَّمَاوَاتِ اِئْتُونِي بِكِتَابٍ مِّن قَبْلِ هَذَا أَوْ أَثَارَةٍ مِّنْ عِلْمٍ إِن كُنتُمْ صَادِقِينَ

“Katakanlah terangkanlah kepadaku tentang apa yang kalian sembah selain Allah; atau perlihatkan kepadaku apakah yang telah mereka ciptakan dari bumi ini atau adakah mereka berserikat (dengan Allah) dalam penciptaan(Nya) langit?. Bawahlah kepadaku kitab yang sebelum (Al-Qur’an) ini atau peninggalan dari pengetahuan (orang-orang dahulu), jika kalian orang-orang yang benar”. (QS. Al-Ahqaf : 4)

Maka ini adalah dalil aqli yang menetapkan bahwa segala sesuatu selain Allah, maka penyembahan kepadanya adalah (penyembahan) yang batil. Mereka (selain Allah itu) sama sekali tidak memiliki peran dalam menciptakan sesuatupun, akan tetapi hanya Allah semata yang bersendirian dengannya. Kalau begitu, kenapa mereka disembah?! Kemudian Allah meniadakan jika orang-orang musyrik (bahwa mereka) memiliki dalil naql -dalam perkara yang mereka lakukan berupa kesyirikan- dari kitab-kitab suci yang diturunkan atau dari para Rasul yang terutus. Maka nampak dengan jelas tidak adanya argumen bagi kaum musyrikin secara mutlak. Akhirnya,mereka menjadi orang-orang yang kekal di dalam neraka Jahannam yang merupakan sejelek-jelek tempat kembali.

Dari semua penjelasan yang telah berlalu, diketahuilah bahwa tauhid ini adalah kewajiban yang paling pertama dan perkara yang paling urgen. Dialah (agama) yang tak akan diterima oleh Allah dari seorangpun agama selainnya.

Diterjemah dari Al-Mutaqad Ash-Shahih karya Syaikh Abdussalam Barjis. bab: Al-Mu'taqad Ash-Shahih fi Tauhid Al-Uluhiah

Sumber : Dakwah Syariah
SELENGKAPNYA- Kajian Tentang Tauhid Uluhiyyah

Tuesday 4 March 2014

Apa itu Rendah Hati (Tawadhu)

Apa itu Rendah Hati (Tawadhu) - Bagaimana Anda mengartikan rendah hati (tawadhu), mungkin ada bannyak referensi tentang rendah diri so... kita baca di bawah ini;

Orang yang memiliki sikap rendah hati selalu berusaha menjadi pribadi yang bisa menerima orang lain, tidak sombong, atau terlalu memperlihatkan kelebihan-kelebihan yang dimiliki.

Sikap Rendah Hati dan Sederhana Sekalipun engkau hidup berlimpahan dan berkecukupan dana, tetaplah hidup dengan sederhana.

Tidaklah sulit menciptakan sifat yang baik yaitu sikap rendah hati dan sederhana.

Tidak usahlah kita risaukan, jika orang lain tidak tahu apa yang kita miliki atau seberapa tinggi kemampuan kita melakukan segala sesuatu.

Orang lain bisa menilai 'kualitas seseorang' hanya dengan melihat sikap, tutur kata, dan perilaku sehari-hari yang kita lakukan.

Dengan bersikap rendah hati, berarti kita telah menjaga diri kita sendiri.

Dengan bersikap rendah hati, berarti kita telah menempatkan diri di posisi yang nyaman, tenang, damai dan tentram.

Jika hati sudah merasa nyaman, damai dan tentram, maka secara otomatis Anda akan tampak bersahaja dan bahagia.  Bukankah itu yang kita inginkan? :-)

Yang paling afdol dalam rendah diri (tawadhu) menurut penulis adalah seperti di katakan ulama besar Al Hasan Al-Bashri berikut ini

Pernah disebut-sebut tentang tawadhu` di hadapan Al-Hasan Al-Bashri, namun beliau diam saja. Ketika orang-orang mendesaknya berbicara ia berkata kepada mereka:

saya lihat kalian banyak bercerita tentang tawadhu`!

Mereka  berkata: Apa itu tawadhu` wahai Abu Sa`id?

Beliau menjawab:

Yaitu setiap kali ia keluar rumah dan bertemu seorang muslim ia selalu menyangka bahwa orang itu lebih baik daripada dirinya.

Wallahu A'lam Bishawab
SELENGKAPNYA- Apa itu Rendah Hati (Tawadhu)

Monday 3 March 2014

Kata-kata Bijak Islami Tentang Kehidupan

Banyak diantara kita yang tak peka terhadap kematian maupun tak sabar atas terhadap takdir, berapa banyak orang yang mengaku Islam mengakhiri hidup dengan tragis karena masalah duniawi, dan berapa banyak orang mengejar duniawi siang dan malam sehingga menghabiskan waktunya dan melupakan Allah sehingga hidup dengan penuh tekanan atas dunia.

Untuk itu penulis mengumpulkan berbagai Kata-kata bijak Islami tentang kehidupan mudah-mudahan kita dapat mengambil manfaatnya.

“Aku tertawa kepada orang yang mengejar-ngejar dunia padahal kematian terus mengincarnya, dan kepada orang yang melalaikan kematian padahal maut tidak pernah lalai terhadapnya, dan kepada orang yang tertawa lebar sepenuh mulutnya, padahal tidak tahu apakah Tuhannya rida atau murka terhadapnya” (Salman al Farisi)

“Ketika engkau mati, janganlah cari pusara di bumi, tetapi carilah di hati manusia”  (Jalaluddin Rumi)

“Perbanyaklah kamu mengingat mati, karena hal itu bisa membersihkan dosa dan menyebabkan zuhud atau tidak cinta kepada dunia” (Al Hadits)

“Jadilah manusia yang ketika lahir membuat semua orang tertawa bahagia karena mendengar tangismu dan ketika engkau tersenyum di hari kematianmu, semua orang menangis kehilangan” (Mutiara Islami)

“Hanya orang-orang yang tahu persis bagaimana cara dia kelak mati saja, yang mengerti bagaimana seharusnya hidup” (Mutiara Islami)

“Shalatlah sebelum anda dishalatkan!” (Mutiara Islami)

“Ketahuilah bahwa sabar, jika dipandang dalam permasalahan seseorang adalah ibarat kepala dari suatu tubuh. Jika kepalanya hilang maka keseluruhan tubuh itu akan membusuk. Sama halnya, jika kesabaran hilang, maka seluruh permasalahan akan rusak”  (Ali bin Abi Thalib)

“Siapayang bersabar di atas ujian, Allah sempurnakan sabarnya lalu memasukannya ke dalam surga mana yang dia suka” (Umar bin Khathab)

“Sabar memiliki 2 sisi, sisi yang satu adalah sabar, sisi yang lain adalah bersyukur” (Ibnu Mas’ud)

“Aku mengamati semua sahabat, dan tidak menemukan sahabat yang lebih baik daripada menjaga lidah. Saya memikirkan tentang semua pakaian, tetapi tidak menemukan pakaian yang lebih baik daripada taqwa. Aku merenungkan tentang segala jenis amal baik, namun tidak mendapatkan yang lebih baik daripada memberi nasihat baik. Aku mencari segala bentuk rezeki, tapi tidak menemukan rezeki yang lebih baik daripada SABAR” (Umar bin Khathab)

“Gunakan syukur ketika engkau dicintai dan gunakan sabar ketika engkau dibenci” (Alim Ulama)

“Kesabaran itu menolong segala pekerjaan” (Mutiara Islami)

“Jangan engkau menghina orang miskin tapi jadilah penolong baginya” (Mutiara Islami)

“Barang siapa yang tergesa-egsa ingin memetik sesuatu sebelum saatnya, niscaya ia akan dihukumi dengan kegagalan mendapatkannya” (Mutiara Islami)

“Kesabaran adalah kunci kegembiraan, terburu nafsu adalah kunci kesusahan” (Mutiara Islami)

“Siapa pun yang sabar, maka ia akan beruntung” (Mutiara Islami)

“Ibu dari segala obat adalah sedikit makan. Ibu dari segala adab adalah sedikit bercakap. Ibu dari segala ibadat adalah takut berbuat dosa. Ibu dari segala cita-cita adalah sabar” (Al Hadits)

“Barang siapa yang merenungkan tentang Allah, ia akan menjauhi orang-orang yang mencintai dunia dunia dan menginginkan apa yang ada di sisi Tuhannya” (Al Hadits)

“Allah adalah pemenangnya dalam ketakutan, temannya dalam kesendirian, kekayaannya dalam kefakiran dan kemuliannya di hadapan selain kerabatnya” (Mutiara Islami)

“Manusia paling baik adalah orang yang dermawan dan bersyukur dalam kelapangan, yang mendahulukan orang lain, bersabar dalam kesulitan” (Mutiara Islami)

“Bersabar kepada kawan yang berbuat jelek kepadamu sungguh lebih baik daripada mencacinya” (Mutiara Islami)

“Mencaci lebih baik daripada memutuskan tali silaturahmi. Dan memutuskan tali silaturahmi lebih baik daripada bertengkar” (Mutiara Islami)
SELENGKAPNYA- Kata-kata Bijak Islami Tentang Kehidupan